Pintaka Wedding organizer
PESTA PERNIKAHAN ADAT JAWA GAYA YOGYAKARTA 081392191872/085727634119, agussukina@gmail.com,
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
multikultural. Memiliki berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda dan
keanekaragaman kebudayaan tersebut sekaligus menjadi suatu identitas diri suatu
suku bangsa yang ada di tanah air indonesia. Menurut Clifford Gertz,
Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub
sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait
oleh ikatan-ikatan primordial.
Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang
dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan
dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis
keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari
baik maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik
berdasarkan patokan Primbon Jawa. Setelah ditemukan hari baik maka sebulan
sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk
menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh
ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah diulika yaitu pengurutan perut untuk
menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama
memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal dan singset.
Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi
yang harus dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Menurut
Sumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat Jawa adalah sebagai berikut :
2.1 Babak I (Tahap Pembicaraan) / Nakokake
Seorang pria pertama-tama datang ke kediaman orang
tua si gadis dengan didampingi oleh orang tua sendiri atau wakil orang tuanya
untuk menanyakan kebudayaan Jawa kepadanya, apakah si gadis sudah ada empunya
atau belum (legan) . Jika orang tua si gadis telah meninggal, hal itu yang disebut
nak ok ak e kepada wali, yakni anggota kerabat dekat menurut garis laki – laki
(patrilineal) atau tahap dimana ada pembicaraan antara pihak yang akan
punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama
sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina).
ak II (Tahap Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang
disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di
kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk
melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan
simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus, berupa
cincin, seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih
dan uang. Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
a. Cincin emas, yang dibuat bulat tidak ada
putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak terputus sepanjang hidup.
b. Seperangkat busana putrid, bermakna
masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
c. Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan
berlian, mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk
tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
d. Makanan tradisional, terdiri dari jadah, lapis,
wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak
hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula harapan yang
tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya.
e. Buah-buahan, bermakna penuh harap agar cinta mereka
menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
f. Daun sirih, daun ini muka dan punggungnya
berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal ini bermakna satu hati,
berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.
2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan
dua kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah
uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan
resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada
orang yang ahli dalam perhitungan Jawa.
2.3 Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, Persiapan Penunjukkan Pemaes, dukun
pengantin perempuan di mana menjadi pemimpin dari acara pernikahan. Dia
mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang
bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Biasanya dia juga menyewakan pakaian
pengantin, perhiasan dan perlengkapan lain untuk pesta pernikahan. Banyak yang
harus dipersiapkan untuk setiap upacara pesta pernikahan. Untuk itu dibentuk
sebuah panitia kecil yang terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai.
Besarnya panitia itu tergantung dari latar belakang dan berapa banyaknya tamu
yang di undang (300, 500, 1000 atau lebih). Panitia mengurus seluruh persiapan
perkawinan: protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi
dari ruangan resepsi, pembawa acara, wali untuk Ijab, pidato pembuka,
transportasi, komunikasi dan keamanan
1. Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2. Kumbakarnan
Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan
cara :
a. Pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak
saudara, keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan.
b. Adanya rincian program kerja untuk panitia dan para
pelaksana.
c. Mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama
hajatan.
d. Pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta
telah selesainya pembuatan undangan.
3. Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA
(tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan
atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan
mantu, dengan cara ijab.
2.4 Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa
hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1. Pasang tratag dan tarub
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang
tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang
bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kahs tarub adalah
dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang
disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi
golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang
artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru,
lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar
mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud
agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu
sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang
adalah :
- Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya
diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan.
- Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
- Janur kuning, kurang lebih 4 pelepah.
- Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta
ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong.
- Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan
sama besarnya.
- Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
- Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan
airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau
diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.
3. Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk
pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai
makna :
- Janur. Harapannya agar pengantin memperoleh
nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa.
- Daun kluwih. Semoga hajatan tidak kekurangan
sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
- Daun beringin dan ranting-rantingnya :
Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan masyarakat
sekitarnya. Beringin diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita
atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
- Daun dadap serep : Daun yang dapat
digunakan mengompres untuk menurunkan demam, berarti pasangan pengantin
akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi
masalah. Berasal dari suku kata rep artinya dingin, sejuk, teduh, damai,
tenang tidak ada gangguan apa pun.
- Seuntai padi (pari sewuli). Melambangkan
semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih
hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu
sesama yang kekurangan.
- Cengkir gadhing. Air kelapa muda (banyu
degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka
tetap suci sampai akhir hayat.
- Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang
raja). Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta,
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
- Tebu wulung watangan (batang tebu hitam).
Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan
sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
- Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas).
Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan,
dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
- Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang
ditanam di air dalam bokor). Harapannya agar kehidupan kedua pengantin
selalu cerah ibarat bunga di taman.
4. Siraman
Ubarampe yang
harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber
mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan
kenanga. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
- calon pengantin mohon doa restu kepada kedua
orangtuanya.
- calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
- calon pengatin disiram oleh pinisepuh,
orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.
- yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak
ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu
air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata Niat ingsun ora mecah kendi,
nanging mecah pamore anakku wadon.
5. Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman.
Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak.
Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini
mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak
tamu dan rezeki yang datang.
6. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu
malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di
rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk
memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai
bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan
prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni
(bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon
pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan
calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
2.5 Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab
qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan
wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan.
Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna
memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau
ngentasake anak.
2. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai
berikut :
- Liron kembar mayang. Saling tukar kembar
mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk
mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
- Gantal. Daun sirih digulung kecil diikat
benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan
harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
- Ngidak endhog. Pengantin putra menginjak telur
ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah
pamornya.
- Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra. Mencuci
dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih
dari segala perbuatan yang kotor.
- Minum air degan. Air ini dianggap sebagai
lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
- Di-kepyok dengan bunga warna-warni. Mengandung
harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang
segala-galanya dan bahagia lahir batin.
- Masuk ke pasangan. Bermakna pengantin yang
telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
- Sindur. Sindur atau isin mundur, artinya
pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi
tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar
duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
- Timbangan.
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan
pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin
putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan
bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
- Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada
pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti
pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.
- Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi.
Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual).
Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang
adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
- tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada
yang memberi hidup.
- tumpeng puput : berani mandiri.
- tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan
wanita.
- tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang
tua.
- tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
- tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang
Tuhan Yang Maha Esa.
- tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini
tidak ada yang abadi.
- tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
- tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
3. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua,
serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang
menyembah, menyentuh
lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti
pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.